Oleh: Prof. Admi Syarif, PhD
Dosen Unila dan tukang tulis
Exist Jambi News, BANDAR LAMPUNG (29/03/2025)–Buah anggur, buah kedongdong,
Yang lagi nganggur, ayo baca dong !
He he he emang bener deh, “East-West, West-East: Lampung is the Best!”
Bicara soal kuliner lebaran Lampung, siap-siap deh ente bakal ngiler! Negeri Sai Bumi Ruwa Jurai ini memang bukan cuma kaya kuliner, tapi juga sangat kaya akan rasa.
Wajar aja sih, soalnya “Ulun” Lampung hidup dengan prinsip: “Mengan bangek, pedom bangek, dan ngobrol bangek”—makan enak, tidur enak, dan ngobrol enak. “Hidup harus dinikmati, bukan cuma dijalani”, demikian nasihat papah beberapa waktu lalu.
Nah, ngomongin soal Lebaran, rasanya nggak aci geh kalau belum ada Sekubal di atas meja. Kuliner khas Lampung ini jadi sajian wajib di hari raya. Aromanya? Bikin nostalgia. Rasanya? Gurih dan hangat, kayak pelukan dari masa kecil.
Sekubal, si ketan santan yang dibungkus daun pisang dan dimasak dengan sepenuh hati, sekilas memang mirip lemang dari Sumatera Barat. Tapi tunggu dulu! Meski mirip penampilan, rasa dan teknik masaknya beda, loh. Kalau lemang dibakar dalam bambu, Sekubal dikukus berjam-jam dalam bungkusan daun pisang. Hasilnya? Tekstur yang padat tapi lembut, dengan rasa gurih alami yang bikin nagih.
Sekubal enak dimakan langsung, tapi makin mantap kalau disantap dengan tapai ketan, rendang, gulai, atau sambal ayam. Kombo yang satu ini bikin lidah bergoyang dan hati berdendang.
Dan kalau bicara soal Sekubal, saya jadi teringat suasana Lebaran yang penuh kehangatan di Kotabumi. Rumah tua di pinggir jalan itu, harum aroma daun pisang menyambut sejak pagi. Gelak tawa anak-anak, suara takbir dari masjid, dan panci besar di dapur yang mengepul sejak malam.
Di sanalah Umi Taryati (Almh.), ibu mertua tercinta, dengan penuh cinta dan sabar membungkus puluhan Sekubal untuk dibagikan ke sanak saudara. Setiap gigitannya bukan cuma soal rasa—tapi juga tentang cinta, kebersamaan, dan tradisi yang dijaga turun-temurun. Sekubal buatan Umi selalu ditunggu. Dan setiap kali dibuka bungkusnya, rasanya seperti membuka lembaran kenangan indah masa lalu.
Penasaran cara bikin Sekubal? Nih, simak rahasianya:
Bahan-bahan:
• Beras ketan putih, cuci bersih dan rendam 2-3 jam
• Santan dari kelapa tua (yang kental, ya!)
• Garam secukupnya
• Daun pisang untuk membungkus
• Tali untuk mengikat
Cara membuat:
1. Tiriskan beras ketan, lalu aron bersama santan dan garam sampai setengah matang. Aduk perlahan agar tidak hancur.
2. Siapkan daun pisang, layukan sebentar di atas api agar lentur.
3. Ambil adonan ketan, masukan kedalam bungkus, jangan lupa berikan pembatas. Ikat kuat-kuat agar tidak bocor.
4. Kukus selama kurang lebih 4–6 jam (iya, lama, tapi di sinilah letak cinta dan kelezatannya!).
5. Angkat, dinginkan, lalu. Sekubal siap disajikan
Makan Sekubal bukan cuma soal rasa—ini tentang tradisi, cinta keluarga, dan hangatnya kenangan.
Kalau lagi di Lampung, khususnya Kotabumi, jangan cuma lewat. Cari Sekubal, rasakan maknanya, dan nikmati setiap gigitannya. Siapa tahu, kamu bisa ikut jatuh cinta pada kenangan yang sama. Dan Sekubal adalah rasa Lampung yang tak tergantikan.
Selamat Hari Raya Idul Fitri !