Kamis, November 21, 2024
spot_imgspot_img

Nasroel Yasier : Arus Air Sungai dari Hulu ke Hilir dan Berat Muatan Berdampak Laju Tongkang tak Terkontrol


Insiden tertabrak tiang penyangga Jembatan Aur Duri I pada Senin, 13 Mai 2024 pada pukul 13.00 WIB, bukanlah kejadian yang pertama kali , sebelumnya sudah 3 kali jembatan vital di provinsi Jambi ditabrak tongkang batu bara dalam 2 bulan terakhir,  sebelumnnya Jembatan Muara Tembesi yang ditabrak tongkang hingga 2 kali insiden pada akhir Maret lalu dan awal Mei 2024.

 

Pembangunan jembatan Batanghari 1 pada tahun 1982 menjadi awal mula  penanda kemajuan Kota Jambi, sejak Jembatan Batanghari 1 atau yang disebut juga dengan jembatan Aur Duri 1 resmi beroperasi pada tahun 1989, belum pernah terjadi Insiden yang terjadi seperti peristiwa tertabraknya tiang penyangga hingga 3 kali dalam 2 bulan terakhir karena diijinkan Tongkang raksasa yang mengangkut batu baru di sungai Batanghari.

Kejadian yang meresahkan warga Jambi khususnya dan masyarakat umum yang melintas di  jembatan Batanghari 1 dan jembatan lainnya, mendapat tanggapan dari masyarakat.

 

Ahmad Fachrulrozy melalui media FB nya  menyampaikan, “ Masyarakat  Sebrang Kota Jambi bersama  masyarakat Muaro Jambi Bergerak, meminta dan memberi peringatan sebelum jembatan Auduri diperbaiki kapal dan tongkang batu bara jangan beroperasi dulu di sungai Batang Hari” tegasnya

 

“ Ini menyangkut keselamatan masyarakat banyak yang melewati jembatan Auduri 1 , karena jembatan Aur Duri 1 ini merupakan jalur perekonomiaan masarakat sumatera bahkan Jawa yang melewati jembatan Auduri 1“ lebih lanjut Facrulrozy meningatkan.

 

Bahkan dalam postingannya Fahrulrozy memberi tagline kepada pemerintah,

#Tolong perhatian nya bagi sang penguasa# dan #Jangan sampai jembatan aur duri ini rubuh.#

 

Selain masyarakat Jambi memberi tanggapan atas insiden tersebut, kembali Nasroel Yasier memberi masukan kepada pemerintah untuk meninjau ulang penggunaan lintas sungai Batanghari sebagai sarana angkuta batu bara.

“ Sejak pengalihan pengangkutan batu bara menggunakan angkutan tongkang, sudah terjadi 3 insiden yang sama dalam 3 bulan terakhir, dengan tertabraknya tiang penyangga jembatan” jelas Nasroel.

 

Saat ditanya faktor apa yang menyebabkan kejadian beruntun itu terjadi, Nasroel Yasier menjelaskan ada 2 faktor dominan yang menyebabkan insiden tersebut.

 

“ Faktor pertama adalah beban muatan batu bara yang terlalu besar, bahkan mencapai puluhan ribu metrik ton batu bara, sehingga tongkang sulitn dikendalikan, dan faktor ke dua adalah derasnya arus air dari hulu kehilir, apalagi di saat musim hujan saat ini” papar Nasroel Yasier.

 

Untuk memperkecil insiden yang terjadi, hendaknya tongkang yang digunakan dalam kapasitas dapat dikendalikan, atau lebih kecil dari 3 tongkang yang mengalami insiden, yang diperkirakan   ukuran 330 feet, muatan batu bara yang dapat diangkut dalam sekali antar biasanya mampu mencapai 10.000 hingga 12.000 ton, sedangkan ukuran 230 feet dapat mengangkut sekitae 4.000 ton batu bara dan untuk tongkang 300 feet bisa mengangkut barang kurang lebih 8000 ton.

 

“Untuk memperkecil insiden, fihak fihak terkait dengan transportasi batu bara melalui lintas sungai dapat membuat aturan jenis dan kwalifikasi tongkang apa yang tepat digunakan, demi untuk meminiminsl kecelakaan, serta adanya pengawasan dari Dinas Perhubungan maupun ASDP”  jelas  Nasroel

 

Nasroel Yasier juga berharap peran serta pemerintah dan  Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) adalah salah satu BUMN di Indonesia yang bergerak dalam jasa angkutan penyeberangan dan pengelola pelabuhan penyeberangan untuk penumpang, kendaraan dan barang.

 

Penulis : Yazid

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles

× existjambinews.com